MARAH YANG SEHAT
Setiap orang pasti pernah marah karena marah adalah sifat
yang manusiawi (alias kalo g pernah marah berarti bukan manusia). Ada macam-macam
cara yang digunakan manusia untuk mengungkapkan marahnya. Ada yang meledak-ledak,
ada juga yang hanya diam saja (ga marah dong namanya?). orang yang sering marah
mudah terkena penyakit, mengapa? Sebab di dalam darah orang marah terkandung
banyak hormone adrenalin. Hormone yang diproduksi oleh kelenjar
adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah akan meninggi (makanya bisa berefek ke hypertensi).
adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah akan meninggi (makanya bisa berefek ke hypertensi).
Ane pernah browsing” d internet, menurut Mark Gorkin, seorang
konsultan pencegahan stress dan kekerasan untuk US Postal Service, layanan pos
di AS sono (heran juga, jasa pos aja ada konsultan psikologis), marah terbagi
menjadi 4 yaitu :
1.
Purposeful (marah yang disengaja)
2.
SPontan<uhuuyyy>
(marah yang dilakukan secara tiba-tiba)
3.
Konstruktif (marah yang disertai ancaman terhadap
orang lain)
4.
Destruktif (marah yang ditumpahkan tanpa rasa
bersalah)
Problem utamanya adalah bukan pada marahnya tetapi terletak
pada bagaimana kita mengolah marah tersebut. Sebuah penelitian yang dilakukan
di Institute For Mental Health Initiatives (IMFHI) mengungkapkan bahwa marah
bisa berarti “sehat” bahkan “lebih sehat” daripada memendam perasaan jengkel. Tergantung
pada pengelolaannya saja. Ada 4 langkah mengelola marah :
1.
Mengindikasikan kesalahan yang mempengaruhi kita
untuk marah. Begitu kesalahan ini
diperbaiki, kita bakal lebih mudah mengendalikan marah
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor masa kecil kita
yang menghambat kemampuan kita mengekspresikan marah. Faktor-faktor ini
termasuk ketakutan dan ketidaktahuan.
3.
Mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan
kemarahan sehingga kita tetap menguasai situasi.
4.
Menutup luka hati yang mungkin tertinggal oleh
pengaruh emosional.
No comments:
Post a Comment